Rabu, 08 Januari 2014

Inilah ANGKRINGAN PAPUA

Harusnya tulisan ini adalah sebagai pengenalan di sa pu blog. Cuma karena su terlanjur dipenuhi dengan tulisan lainnya jadi kasih biar aja sudah. Terpaksa catatan ini ada di tengah-tengah.
Berawal dari tugas yang dituntut dosen sebagai dasar untuk menentukan kelulusan mata kuliah Sistem Informasi Manajemen. Itulah sekilas gambaran kenapa blog ini bisa ada. Dengan dilandasi kegaptekan akan media komunikasi blog, dan kurangnya minat akan menulis membuat sa awalnya ragu untuk membuat blog ini. Bagaikan seorang tentara yang berada di medan perang, antara hidup dan mati, sa akhirnya harus mengalah kepada tuntutan tersebut dan harus menggali timbunan yang ada di dalam otak sa yang selama ini menutup minatku untuk kembali menulis. Setelah melalui perjuangan panjang melalui dimensi alam bawah sadar, akhirnya muncullah minat untuk menulis kembali,  *terakhir di bangku SMP “woowwwww”

Untuk membuat suatu blog yang menarik, menurut sa pu dosen pertama-tama harus memilih nama alamat blog menurut kita the best sesuai dengan tema pembahasan yang diambil.  Kebetulan saya awalnya mengangkat tema mengenai Budaya dan Profil, khusunya daerah Papua. Saat ditanya sama dosen mengapa mengangkat hal itu, sa hanya menjawab “karena sa putra Papua, walau rambut lurus!”. Seperti seorang keluarga yang memilih nama anaknya, pasti akan melalui perdebatan-perdebatan untuk mencari nama yang indah dan bermakna. Begitu pula yang terjadi sama sa. Cuma kasusnya sa nggak ada pasangan untuk berdebat dalam menentukan nama dan hanya memilih nama blog yang nggak ada kaitannya dengan  nyawa manusia (?????)

Bagaikan seorang jomblo yang menyeleksi nama-nama terbaik untuk dijadikan pasangannya, akhirnya sa mendapatkan nama yang pas untuk alamt blog ini yakni AngkringanPapua. Terkesan ganjil dirasa kalo mau lihat ini kaitannya karena di Papua mana ada angkringan?! Yang ada Cuma para-para saja buat tempat duduk. Kalo mahasiswa Papua yang kuliah di Jawa saja yang mungkin tra rasa ganjil karena mungkin kaka-kaka dong pu tempat makan ka pa kalo di Jawa. Hahaha.
Sebenarnya makna angkringan tidak sebatas hanya tempat makan. Lebih dari itu, pengalaman saya selama berdomisili di Jawa mengatakan Angkringan lebih daripada itu. Saat makan di angkringan, interaksi antara sesama penjual dan konsumen senantiasa terjadi, beda apabila hanya makan di tempat restauran atau lainnya. Biasanya banyak kejadian dan bahan pembicaraan seperti keluh-kesah penjual, pembeli yang tidak menonjolkan status kesosialannya, hingga mungkin ketika penjual tersebut memberi harga Rp 0,00 alias gratis pada pembelinya karena sudah menjadi teman bicara. Hal itu mengingatkan sa pada keramahan yang sa dapat di Papua. Rasa toleransi yang kuat dan kekeluargaan menembus batas jurang perbedaan yang selama ini menjadi papeda hangat di Indonesia. Yahhh, bagaikan papeda hangat yang keadaannya masih lembek sehingga bisa dipecah-pecah tetapi orang suka memakannya, begitu pula kaitannya dengan kondisi isu perbedaan yang memang rawan pecah dan orang-orang suka membahasnya. Semoga saja terpelihara terus yah kekeluargaannya. Amin

Kini blog ini setelah mendapat penilaian dari dosen mendapat nilai yang maksimal walau isinya wajtu itu Cuma ada 4 artikel.. hahahaha. Dan sekarang sa mau menggunakan blog ini tidak hanya sekedar mengejar tuntutan tugas semata, lebih dari itu untuk menyampaikan juga sedikit pemikiran yang kalo orang Makassar bilang KRITIS-KRITIS TALEKKANG

0 komentar :

Posting Komentar