Jumat, 25 September 2015

SAYAP-SAYAP PATAH SANG CENDRAWASIH DI TANAH PARA DAENG

“Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”

Begitulah sepenggal kalimat yang dikutip dari Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat yang mengatur tentang pendidikan bagi warga Negara Indonesia. Pendidikan pada hakikatnya merupakan kewajiban yang harus diterima oleh seluruh warga negara Indonesia dengan manfaat untuk memajukan dan mensejahterakan masyarakat di kemudian hari.  Sejauh ini pemerintah berupaya untuk melaksanakan program yang diamanatkan oleh UUD 1945. Pada ayatnya yang keempat dalam pasal tersebut diatur pula bahwa sekurang-kurangnya 20% dari Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara serta dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Berdasarkan ayat ini pula diketahui bahwa peran pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan tidak sebatas tugas pemerintah pusat saja melainkan peran pemerintah daerah juga dituntut untuk berpartisipasi.
Terkait hal tersebut pemerintah Papua sejauh ini pun juga sudah turut serta melaksanakan amanat tersebut. Aturan khusus bagi pemerintah Papua untuk menggalakkan pendidikan tertuang dalam pasal 56 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua yang menyatakan  “Setiap penduduk berhak memperoleh pendidikan yang bermutu dengan beban masyarakat yang serendah-rendahnya”. Gejolak-gejolak yang selama ini mempertanyakan kualitas pendidikan orang-orang di tanah Papua yang dianggap masih dibawah kualitas wilayah lain di Indonesia mulai berkurang seiring dengan fokus pemerintah provinsi dan kabupaten/kota yang mulai memperbaiki sistem pendidikan dan penataan fasilitas yang menunjang peningkatan standar mutu pendidikan di tanah Papua. Dana Otonomi Khusus yang dilimpahkan setiap tahunnya menjadi senjata ampuh pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Berbagai tawaran beasiswa baik dari dalam maupun luar negeri pun ditawarkan kepada putra-putri Papua untuk menikmati pendidikan yang lebih tinggi sekaligus meningkatkan derajat kehidupan kedepannya.
Sejak tahun 2012, salah satu wujud program dari beasiswa tersebut adalah beasiswa Afirmasi Dikti Papua (ADIK Papua) yang merupakan kerjasama pemerintah Papua dengan Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi. Program ini digagas oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui Perpres Nomor 65 Tahun 2011 tentang Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (P4B) dan Pepres Nomor 66 Tahun 2011 tentang Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua (UP4B). UP4B adalah lembaga setingkat menteri yang mengurusi program perencanaan pembangunan termasuk didalamnya memfasilitasi tersedianya kuota bagi putra-putri Papua untuk program beasiswa ADIK Papua. Beasiswa ini memberikan kesempatan bagi calon mahasiswa/I Papua untuk disebar ke 32 Perguruan Tinggi Negeri (sejak tahun 2013 menjadi 39) di luar Papua yang ada di Indonesia. Adapun syarat pendaftaran beasiswa ini tidak terlalu rumit. Cukup dengan menunjukkan nilai raport dari semester 1-6 dan nilai ijazah minimal 6,5 kemudian mengikuti test tertulis di masing-masing kabupaten/kota dan yang lulus kemudin akan dikirim ke Jayapura untuk mengikuti materi pembekalan yang dibawakan oleh pemerintah Papua dan perwakilan tiap-tiap Universitas.
Untuk lokasi di kawasan timur Indonesia, Makassar merupakan salah satu destinasi edukasi favorit para penerima ADIK Papua. Saya sebagai mahasiswa yang sebagian waktunya menghabiskan kehidupan di tanah Papua merasa senang ketika melihat putra-putri asli Papua mulai menampakkan diri di lingkungan kampus yang ada di Makassar.  Total sebanyak 35 orang yang mendapatkan kesempatan  menjadi angkatan pertama penerima ADIK Papua 2012 di 2 PTN yang ada di Makassar yaitu di Universitas Hasanuddin (Unhas) dan Universitas Negeri Makassar (UNM). Namun sayangnya hingga tahun 2015 ini, penerima ADIK Papua di kota Makassar mulai “berguguran” dan harus diDrop-Out dari kampusnya satu per satu. Menurut informasi yang saya peroleh dari Ketua Ikatan Mahasiswa Papua (IMP) Makassar untuk kampus Unhas-UNM yang mengorganisir para penerima ADIK PAPUA, Kristian Degei, mengatakan bahwa angkatan pertama yang ada tersisa 6 orang yang aktif berkuliah dan sebagai penerima beasiswa. Mahasiswa asal Nabire ini juga menyayangkan bahwa tidak hanya angkataan 2012 saja yang mulai berkurang, angkatan 2013 pun banyak yang terkena evaluasi Drop-Out (DO) 4 semester dari masing-masing kampus, bahkan angkatan 2014 yang baru aktif setahun berkuliah mulai menampakkan gejala-gejala yang sama seperti para seniornya.
Dari beberapa pantauan yang saya lihat selama ini, saya beranggapan kalau kejadian ini disebabkan karena beberapa mahasiswa tersebut kurang mampu beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan barunya sehingga menyebabkan shock-culture bagi mereka. Di beberapa fakultas yang mereka tempati, kelihatan bahwa mereka masih kurang terbuka untuk bersosialisasi dengan mahasiswa lain sehingga seringkali mereka kurang aktif dalam perkuliahan dan lebih sering untuk tinggal di asrama bermain bersama kawan-kawan dari Papua. Untuk membuktikan hal tersebut, saya mencoba berbagi informasi dengan ketua IMP Makassar dan beberapa teman-teman Papua. Hal yang pertama saya tanyakan adalah mengapa memilih Makassar sebagai tempat menuntut ilmu bila dibandingkan kota-kota lain. Sebagian besar menjawab bahwa pada saat memilih lokasi, mereka beranggapan bahwa tidak akan mengalami kesulitan untuk beradaptasi di Makassar lagi mengingat mereka pun sudah terbiasa bergaul dengan orang-orang yang berasal dari Toraja, Bugis, Makassar di daerah mereka masing-masing. Kemudian transportasi untuk kembali ke daerah juga tidak terlalu memakan banyak biaya karena Makassar sudah dikenal sebagai pintu gerbang Indonesia Timur sehingga akses dari Makassar menuju daerah-daerah di Papua sangat lancar. Kemudian saya mencoba mencari alasan mengapa banyak mahasiswa/i Papua yang akhirnya DO dari kampusnya dan apa yang kira-kira menyebabkan hal itu. Alasan yang saya peroleh dari mereka menunjukkan bahwa kejadian tersebut muncul dari internal mahasiswa itu sendiri dan beberapa faktor eksternal.
Saya merangkum faktor-faktor tersebut menjadi dua poin utama yang kemudian dijabarkan dibawah ini:
1.      Faktor Mahasiswa dan Lingkungan Sekitar
-          Tidak sedikit dari mahasiswa/i mengalami gejala homesick ketika harus membiasakan dirinya hidup di tempat yang baru. Beberapa dari mereka bahkan ada yang langsung pulang kampung untuk “berlibur” sejenak padahal perkulihan masih berlangsung. Parahnya lagi bahkan ada yang tidak kembali lagi untuk meneruskan perkuliahan dan memilih pindah ke kampus yang ada di Papua
-          Beberapa teman-teman menyoroti kebiasaan buruk teman-teman lain yang dibawa dari rumah seperti minum-minum sebagai penyebab mereka kurang bisa mengendalikan diri dengan baik.
-          Beberapa teman-teman Papua kesulitan untuk bergaul dengan masyarakat Makassar. Walaupun sebelumnya ada alasan bahwa mereka sudah akrab dengan orang-orang Sulsel yang sudah beradaptasi di daerah mereka, namun kali ini mereka yang harus beradaptasi dengan kultur dan budaya sulsel sehingga timbulah shock-culture bagi teman-teman Papua. Hal ini menyebabkan mereka merasa kesulitan bergul dan tidak kerasan karena jauh dari ekspektasi mereka sebelum menjejakkan kaki di Makassar.
-          Terakhir, menurut alasan dari beberapa teman-teman bahwa ada sebagian dari penerima ADIK Papua ditempatkan pada jurusan yang tidak sesuai dengan pilihan yang diambil pada saat mendaftarkan beasiswa sehingga mereka kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan perkuliahan, terlebih lagi bagi mereka yang memiliki jurusan yang sangat jauh kaitannya dengan jurusan yang mereka ambil saat masih bersekolah. Kejadian ini tidak sepenuhnya menjadi kesalahan mereka karena pihak pemerintah dan pengelola beasiswa pun ikut terkait didalamnya.
2.      Faktor Pemerintah dan Pengelola Beasiswa
Sejak dibukanya penerimaan angkatan pertama beasiswa ADIK Papua, ada beberapa perubahan yang dilakukan guna meningkatkan mutu beasiswa tersebut. Menurut ketua IMP Makassar, Kristian Degei, beberapa perbaikan tersebut mencakup peningkatan standar nilai ijazah dan pelaksanaan ujian di masing-masing kabupaten/kota. Namun sayangnya kurangnya sosialisasi mengenai jurusan-jurusan yang ditawarkan oleh beasiswa ini seringkali mengakibatkan calon mahasiswa/i terpaksa keliru mengambil jurusan yang tidak sesuai keinginan mereka. Hal ini mengakibatkan para mahasiswa/i ini kesulitan untuk mempelajari ilmu yang masih baru sehingga seringkali terhambat dalam proses akademik. Lanjut Kristian, kali ini sedikit menyinggung peran tiap pemerintah daerah, kendala lain yang dihadapi adalah biaya hidup yang dijanjikan untuk memenuhi kebutuhan para mahasiswa/i sering tidak dikirimkan. Jumlah yang dijanjikan tiap bulan sebesar Rp1.000.000/orang yang menjadi tanggungan tiap pemerintah daerah kabupaten/kota terhadap masing-masing utusannya dan Rp500.000/orang yang menjadi tanggungan pemerintah provinsi. Namun sayangnya mahasiswa/i ini sebagian besar hanya mengandalkan biaya yang diberikan oleh keluarga masing-masing dan yang dikeluarkan oleh DIKTI sebesar Rp1.000.000 dimana biaya itu merupakan biaya tempat tinggal atau pemondokan dan perlengkapan untuk menunjang akademik. Mungkin sebagian mereka yang pulang beranggapan hal itu sangat mengganggu mengingat kebutuhan mereka tidak hanya menyangkut persoalan kebutuhan akademik tetapi juga kebutuhan-kebutuhan lain seperti refreshing, konsumsi pangan, dan kegiatan-kegiatan diluar akademik yang menunjang pengembangan diri mereka. Mereka pun akhirnya memilih untuk tidak terlalu banyak beraktivitas diluar dan menghabiskan waktu hanya di asrama.
Dari berbagai permasalahan yang dijabarkan diatas, saya dan teman-teman yang berasal dari Papua berharap agar kejadian ini menjadi perhatian bagi pemerintah, khususnya UP4B yang dibawahi pemerintah pusat selaku penyelenggara program ini dan pemerintah provinsi Papua dan Papua Barat. Program ini pada dasarnya berguna untuk meningkatkan taraf kehidupan dan kesejahteraan msyarakat Papua kedepannya. Akan sangat disayangkan apabila benih-benih yang ditabur ini pada layu sebelum mekar hanya karena persoalan-persoalan yang sebenarnya bisa diantisipasi sejak dini. Persoalan ini mungkin tidak hanya terjadi di Makassar saja namun kiranya tulisan ini dapat memberikan informasi bagaimana fakta di lapangan berbicara dan bagaimana curahan teman-teman ADIK Papua yang sedih melihat teman-teman lainnya harus meninggalkan mereka. Pesan khusus kepada para penerima ADIK Papua untuk tetap semangat menghadapi segala tantangan yang ada dengan mengedepankan tujuan bahwa mereka adalah utusan-utusan yang terpilih untuk memajukan tanah Papua tercinta. Tuhan menyertai kalian.

                                                                                           
Gabriel Clinton M.
(Penulis merupakan mahasiswa

 Akuntansi Universitas Hasanuddin)

Jumat, 04 September 2015

Keripik Keladi, Keripik Enak Khas Papua

Postingan kali ini membahas tentang salah satu kuliner ringan yang biasa sa request sebagai oleh-oleh dari Papua. U could called  "Keripik Keladi". Keripik Keladi atau bahasa Indonesianya Keripik Ubi Talas adalah keripik khas yang dibuat di Papua dengan campuran Ubi Talas datau biasa disebut Keladi dengan bumbu-bumbu sederhana seperti bawang putih, garam, cabe rawit, dan kemudian digoreng. 




gambar bahan baku utama Ubi Talas a.k.a Keladi



Keladi ini memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi, sering kali juga digunakan untuk makanan pokok. Untuk cara bikinnya kam hanya perlu barang-barang dibawah ini:
-          Umbi talas / mbote 
-          2 sendok teh air kepur sirih 
-          Air secukupnya 
-          Garam menurut selera 
-          Bawang putih sebanyak 3 sampai 4 siung. Kemudian di haluskan  
-          Minyak untuk menggorengnya.

Terus kenapa ada air kapur sirih? Itu kapur sirih berguna untuk mencuci keladi saat dikupas. supaya kam tahu saja kalau keladi itu bikin gatal tenggorokan kalau karena ada kandungan getah didalamnya. 

Selanjutnya proses pembuatannya yah harus mengupas terlebih dahulu itu keladi, setelah selesai mengupas anda cuci hingga bersih kemudian anda iris tipis – tipis. Jemur irisan umbi talas tersebut hingga kering, penjemuran umbi ini dimaksudkan agar getah yang ada di umbi talas ini hilang agar tidak menyebabkan gatal saat dimakan. Siapkan campuran garam, bawang yang telah dihaluskan dan juga air kapur sirih yang digunakan untuk merendam irisan talas yang sudah dijemur kering ini. Lakukan perendaman selama beberapa menit. Lalu angkat dan goreng hingga matang. Saat keripik ini sudah matang maka angkat dan tiriskan. Untuk menambah rasa yang berbeda kam dapat menambahkan gula untuk rasa manis ataupun dapat menggunakan bumbu- bumbu yang lainnya sesuai dengan yang anda inginkan. Kemudian simpan keripik ini di tempat yang kering agar tetap renyah dan gurih.

Keripik Keladi yang enak itu berasal dari Sorong tapi kalau sa sih lebih suka produk yang dari Jayapura karena tidak terlalu keras dan tidak terlalu bikin gatal kayak Sorong punya. hahahaha..





Jumat, 15 Mei 2015

Papua

Papua.......

Satu nama yang tak asing bagi sa.

Satu daerah yang memberikan kesempatan untuk sa dilahirkan.

Satu tanah air yang tak henti-hentinya menjadi inspirasi bagi sa.

Satu surga yang nyata yang Tuhan titipkan pada bumi ini.






Selasa, 10 Februari 2015

Fakta-fakta Seputar SD Kalam Kudus Jayapura

Kali ini saya akan menyajikan beberapa “fakta” yang pernah saya alami semasa menempuh pendidikan dasar di SD Kristen Kalam Kudus Jayapura




Letak sekolah. 
Letak sekolahnya bisa dibilang keren sekaligus mengerikan. Gimana tidak kalau terletak di tepi jurang turunan polimak ke jayapura. Ancaman longsor bisa saja terjadi sewaktu-waktu, tapi hingga kini syukurlah belum pernah kejadian. Hahahaha

Hari main. 
Hari main adalah hari dimana lapangan beton yang dimiliki sekolah dikuasai secara satu hari penuh oleh tingkat kelas yang berada disekitar lapangan. Pengecualian pada jam pelajaran olahraga. Hal ini dikarenakan adanya invansi dari kelas-kelas tua yang mau menguasai lapangan untuk sekedar bermain sepak botol berisi kerikil sehingga adik-adik kelas merasa cemburu dan melaporkan pada guru. 

Sekolah satu atap terkenal di Jayapura. 
Ndak usah ditanya lagi. Mulai dari Playgrup, TK, SD, SMP, hingga SMA pun ada. Tinggal tunggu waktu kira-kira kapan dibuka Universitasnya -_-. 

Sekolah tangga seribu. 
Sekolah dengan paling banyak anak tangga yang ada di Jayapura. Cocok bagi orangtua yang menginginkan anaknya bersekolah sambil olahraga tiap hari :D 

Sekolah minggu 
Sekolah minggu di Kalam kudus merupakan aturan yang wajib hukumnya untuk anak SD Kalam Kudus. Bagaimana tidak, tiap minggu kitorang diabsen di kelas. Kayak sekolah dari hari senin-sabtu cuma bedanya hari minggu sekolah cuma 2 jam sambil berpakaian bebas 

Om Kris 
Om dengan ciri khas kumis tebal bisa disebut pahlawan anak-anak SD. Semua hal yang berhubungan di kalam kudus tinggal tanya sama dia saja, mulai dari angkutan pulang, guru yang masih ada, anak-anak kelas lain, hingga orangtua siswa serta alamatnya dia tahu. 

Kantin vs Jajanan luar (mami, cilok, dll)
Ndak mau banyak komentar disini. Yang jelas anak-anak sering curi-curi kesempatan untuk lari dari sekolah di jam istirahat untuk jajan di luar sekolah. Ada yang bilang karena kantin sekolah makanannya nggak enak. 

“Bombe” 
Istilah kata dari Makassar yang artinya tidak berteman. Biasanya terjadi di kelas 4-6 SD. Biasanya yang berkelahi dua orang dalam sekelas yang akhirnya musuhan. Kemudian masing-masing mencari pendukungnya sehingga terjadi “gangster”. Teman-teman yang mau menjadi pendukung kubu-kubu akan ditraktir trus-trusan oleh “bos” yang berkelahi tapi anggota genk tetap berhubungan baik dengan anggota lain. Hahaha. Yah lamanya sampai mereka damai.   

Satu sekolah ragam suku
Yups... Suku Papua asli, toraja, jawa, batak, cina, sunda, manado, padang, dayak, dll berkumpul dalam satu sekolah dengan tidak membeda-bedakan ko suku mana.  

Bibit Cewek-cewek cantik
Kalo kam cowok-cowok yang mau lihat anak-anak SD yang cantik cantik dan mulai berpakaian kayak tante-tante, kam datang saja ke sekolah ini. Dijamin pasti ada yang meninggalkan kenangan dalam hati.

Oke demikian beberapa yang bisa sa bagi tentang fakta-fakta yang pernah sa temukan di SD Kalam Kudus Jayapura. Hampir 9 tahun lamanya sejak sa meninggalkan sekolah ini dan sampai sekarang kenangannya susah dilupakan sampai-sampai lagu marsnya masih dihafal. Ndak tahu sekarang kondisi sekolah dan orang-orangnya mungkin sudah banyak berubah atau tidak. Yang jelas teman-teman yang mau tambahkan, silahkan saja.. :D

Senin, 05 Januari 2015

When I'm in 6115

       Bisa dibilang hadiah terindah yang saya dapatkan adalah kesempatan untuk menghirup nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya bersama jutaan partikel-partikel minus yang didalam hidupku. Kali ini aku masih berkesempatan untuk merayakan “tahun baru” dimana hanya aku dan sang pencipta saling berbagi asa dan harapan. Kesempatan ini hanya terjadi sekali dalam setahun, dan saat ini aku masih termasuk dalam orang-orang yang harus menggelar tradisi ini manakala beberapa orang telah dipanggil untuk meninggalkan momen mereka dan menghadap Sang Bapa. 

        Sedih namun Gembira. Dua hal yang selalu tertanam ketika aku duduk dalam kekhusyukan dan melipat tangan sembari memejamkan mata menghadap kepadaNya. Setiap orang memiliki cara tersendiri untuk menghadapNya sesuai dengan ajaranNya melalui perantara- perantara, dan cara diatas tadi telah kupakai bertahun-tahun sejak aku mulai tersadar bahwa Dialah yang senantiasa masih menjadi pengharapanku.

       “Tahun baru” selalu menjadi dilema bagiku. Gembira karena masih diberi penambahan usia, namun disisi lain sedih karena kesempatan hidup kian berkurang. Aku dihadapkan pada situasi sedih ketika aku  mengingat hal-hal yang telah aku lewati dan semua itu telah  membentukku menjadi aku pada hari ini. Bisa dibilang akan ada banyak penyesalan dan caci maki yang terlontarkan kepada Dia. But wait,, yaaaaaaahhhh,, situasi itu cuma terjadi kalau aku hanya melihat sisi negatif yang secara manusiawi pasti akan sering muncul ketika aku memflash-backkan pikiranku. Dan ketika aku merenungkan lagi, masih banyak sisi positif dari  masa laluku yang bisa kupakai sebagai Capital for invest di masa depan untuk memperbaiki itu semua dan mencapai apa yang menjadi janjiNya bagiku. Hal itu yang selalu membuatku Gembira dan tidak kehilangan pengharapan serta impian, seperti yang tertulis dalam Luke 21:18-19 yang berbunyi:

“But there shall not an hair of your head perish
In your patience possess ye your souls”


Minggu, 04 Januari 2015

Babi dan Nangka

Suatu hari pace Lalo ini dari kampung mau menuju di kota untuk jual barang yang ada dalam dia pu karong.  Pas begini ada angkot lewat, lalo ini kasih berhenti angkot. Pace kondektur tanya "bapa, mau ke kota kah?" pace Lalo jawab "io anak, sa mau ke kota mau jual dalam karung ini". Trus kondektur tanya lagi  “itu barang apa pu besar skali sampe ko mau jual?" pace Lalo bilang “anak, ini sa bawa nangka!” Akhirnya mereka berangkat ke kota.

Pas ditengah perjalanan tiba-tiba penumpang-penumpang tutup hidung. Bapa supir suruh pace kondektur ini periksa barang apa yang bikin bau. Kondektur keliling-keliling tiba-tiba dia cium barang tra enak dari karungnya pace Lalo. Pace kondektur angkat bicara, “pace ko pu karung ini bau khas skali. Sebenarnya ko tra bawa nangka toh. Ko bawa babi toh?” Pace Lalo yang daritadi ketawa-  ketawa langsung jawab “siooo anak eh. Ko pu hidung sirbeh skali. Io memang sa ada bawa babi tapi dia pu nama itu Nangka karena dia pu poroh su besar kayak nangka.”  

 Haahahahahahaaaaaaaa!!!!!!!

Ketika "Mereka" Berbicara

Hidup ini ibarat suatu siklus Akuntansi
Ketika kamu dihadapkan pada suatu Periode dalam hidupmu

Kesenangan dan kesedihan ibarat  Debit dan Kredit 
Dua elemen yang tak bisa dipisahkan

Ketika kau senang, sukacita ibarat kas yang bertambah
Namun manakala kau sedih, hal itu menjadi expense bagimu
 
Ketika kau mengucapkan sebuah janji manis yang tidak kau tepati 
Maka hal itu bagaikan hutang bagimu dan kewajibanmu harus melunasinya

Ketika seseorang lalai akan perbuatannya, maka tegurlah dia demi kebaikan
Laksana piutang yang memberikan manfaat antara engkau dengan orang tersebut

Ketika Tuhan menitipkan talenta kepadamu untuk mengembangkannya
Belajarlah untuk mengolah Modal tersebut menjadi suatu kebaikan

Kamis, 01 Januari 2015

LOOK AT IT! THIS IS 2015

Tepat setahun blog ndak pernah diupdate, terakhir update yang bisa kalian lihat pada postingan dibawah :D. Awalnya blog ini hanya untuk tuntutan tugas semata dan orientasinya lebih kepada pengenalan daerah, namun seiring waktu akhirnya bertransformer.. ehh maksudnya bertransformasi ke arah pribadi. Kalau mau dibilang ada juga unsur curhat-curhatan.. aihihiiiiiiiiii

Menulis itu memang membutuhkan sebuah niat dan inspirasi dan sayapun sering kehilangan niat dan inspirasi menulis hampir selama 2014 kemarin.  Yah mungkin karena kegiatan yang sangat mengasyikan ini sedikit teralihkan ke kegiatan yang cukup memakan waktu lainnya. Namun di tahun baru 2015 akan ada banyak waktu yang tersedia untuk menulis –menulis  yang namanya skripsi, jurnal, cerpen, renungan,  informasi organisasi, dan lain-lainnya. selain iu ada faktor “ehm” yang membuat sa kembali bersemangat menumpahkan pikiran keatas tombol keyboard. 
Berbicara tentang 2015, yang merupakan kelanjutan dari 2014 (you don’t say!), akan ada banyak peristiwa penting dalam resolusi yang akan sa lalui. Mulai dari ulang tahun, penentuan pembimbing dan judul, penyusunan tugas akhir (baca: skripsi), pengambilan sertifikat bahasa, wisuda (amin*), bertemu “calon maitua” (amin*), menentukan kelanjutan karir (amin*), menghadapi persaingan dalam Pasar Bebas ASEAN (AEC) 2015, dll ; ket: tanda * artinya “biar Tuhan yang menentukan” :D
Hal yang dihawatirkan oleh setiap mahasiswa akhir akhirnya akan saya rasakan meskipun terbilang agak telat jika melihat beberapa teman ada yang sudah memulai persiapan untuk ujian meja. Dala menikapi hal itu saya berserah kepadaNya untuk memperlancarkan proses penyusunan dan memampukan sa untuk terus semangat dalam bekerja #DoaDalamCurhatan
Mengenai pasar bebas ASEAN, walaupun segelntir orang tidak mengganggapnya sebagai suatu persoalan, namun bagi sa biarlah itu menjadi satu pemacu untuk meningkatkan kualitas dan  menunjukkan bahwa sa bisa berperan dalam menghadapi 2015, seperti pengharapan yang tertulis dibawah

"sebab Aku mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan” (yer 29:11)